Cerita ini hanya ada disekitar orang-orang marketing. Saya menceritakan tentang bebek ini dalam versi saya sendiri, sesuai dengan pengalaman yang saya alami sebagai bebek...eh ...maksud saya sebagai marketing. Kisah ini dimulai ketika sebuah perusahaan menugaskan tim marketingnya untuk mencari order. Pada saat itu, perusahaan lain dilingkungannya belum melakukan usaha menjemput order ini, (disebut juga menjemput bola), sehingga dalam pelaksanaannya masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki.
Sebelumnya , maksudnya sebelum ada program ini, dan tanpa kunjungan oleh marketing, calon pengunjung datang sendiri membawa order. Tetapi setelah ada marketing yang datang ke tempat kastemer, maka mulai dipertanyakan status order tersebut. Apakah hasil kunjungan dan perburuan marketing, atau order itu memang datang sendiri? Maka diberikanlah istilah 'bebek hanyut' untuk order yang dibawa kastemer yang datang sendiri tanpa kunjungan oleh marketing. Mereka datang sendiri membawa order, berkunjung langsung pada hari itu atau untuk kunjungan beberapa hari kemudian. Salah satu tanda bahwa itu bebek hanyut adalah bahwa pimpinan rombongan itu mengaku tidak pernah didatangi oleh marketing. Sampai disini tidak ada masalah.
Timbul perdebatan ketika marketing melaporkan bahwa itu adalah ordernya. Marketing datang ke sekolah/ perusahaan, tetapi memang tidak bertemu dengan kepala rombongan. Hal ini dibuktikan dengan laporan kunjungan dan stempel sekolah/ perusahaan.
Mari kita mulai dari proses order ini terjadi. Kita sebut saja 'bebek' sebagai pengganti istilah prospek, order, dan realisasi order. Seorang marketing dengan segenap tenaga mencari dan menangkap bebek ini dan membawanya ke perusahaan. Maka untuk lebih spesifik kita bedakan menjadi 'bebek liar', 'bebek tangkapan', 'bebek hanyut', dan 'bebek goreng'.
Kita mulai dari pencarian prospek dari data yang ada (= bebek liar), presentasi dan follow up (memasang umpan, mengejar atau menguber) sampai menjadi order (= bebek masuk perangkap dan ditangkap, kemudian kita sebut 'bebek tangkapan'). Terakhir, order diserahkan oleh marketing ke perusahaan. Order tersebut oleh perusahaan diproses menjadi makanan yang lezat sesuai selera kastemer ( bisa menjadi bebek goreng, bebek bakar, dsb). Jadi bebek diperoleh setelah proses yang panjang dan melelahkan, dan setelah itu harus diolah menjadi makanan yang enak dan lezat (baca = servis atau pelayanan yang prima).
Jadi inilah yang bisa kita simpulkan: (1) Bebek liar bisa kita samakan dengan data yang telah diseleksi dan menjadi prospek. Bebek liar ini harus kita amati prilakunya, lalu kita berikan umpan, kita giring agar masuk perangkap. Bebek jenis ini harus ditangani dengan sangat hati-hati dan membutuhkan perhatian yang besar. Bebek ini bisa lari kemana saja, dan kita bisa kehilangan kalau kita lengah.
(2) Bebek tangkapan adalah bebek liar yang berhasil kita tangkap dengan seluruh kemampuan yang kita miliki, dengan tangan kosong atau menggunakan alat. (3) Bebek hanyut adalah bebek yang dibawa oleh kastemer dengan cara datang sendiri ke perusahaaan. Bebek ini tidak memerlukan tenaga berlebihan untuk menangkapnya. Bebek hanyut ini menjadi perdebatan ketika siapa yang berhak menangkapnya. Tentu saja kalau bebek ini datang sendiri dibawa oleh kastemer dan tidak ada keberatan dari marketing maka tidak ada masalah. Tetapi ketika marketing melaporkan bahwa bebek ini sudah diuber dengan segenap tenaga tetapi lolos tidak tertangkap dan kastemernya datang sendiri membawa bebek ini ke perusahaan. Apakah seorang marketing berhak mengakui bebek ini sebagai tangkapannya? Jawabannya tegas: tidak boleh. Seperti kita tahu, ketika kunjungan presentasi, kita harus mencatat tanggal, ciri-ciri bebek ini, tempat ditemukannya, dan menjadi keharusan untuk mendapatkan stempel. Tentu saja bukan hanya itu yang dilakukan oleh marketing. Marketing harus melakukan pendekatan kepada pemilik bebek ini ( kepala sekolah atau guru yang ditunjuk, atau pimpinan perusahaan dan panitia yang ditunjuk), follow up terus menerus sampai pemilik bebek ini tertarik dan merelakan bebeknya ditangkap oleh marketing.
Lain cerita, jika anda hanya menjadi orang yang suka menangkap bebek hanyut tanpa susah payah, maksudnya tanpa proses yang panjang dan melelahkan. Harap diperhatikan, meskipun kita sudah kerja keras mendekati pemilik bebek, tapi kalau pemilik bebek gak mau kasih, maka kita ikhlaskan saja. Toh masih banyak pemilik bebek lain yang lebih baik.
Memang seluruh proses pencarian oleh marketing tidak berhenti sampai tertangkapnya bebek, tetapi masih panjang sampai penyajiannya (baca= servis atau pelayanan ). Akhirnya, kastemer akan merasa puas, dan kita menangkan hatinya (win the hearth).
Kita sebagai marketing akan sangat merasa puas jika bebek tangkapannya ditangani dengan baik, dan kepuasan itu melebihi apapun yang didapat. Bagaimana dengan anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar