Selasa, 22 Desember 2009

Tak lekang oleh panas , tak lapuk oleh hujan...


Itulah mestinya seorang marketing.  Ketika panas menyengat dan cucuran keringat membasahi pakaian, marketing terus maju. Tak jarang saat berkeliling dengan sepeda motor, cuaca berubah dan hujan tiba-tiba datang.   Meskipun sudah memakai jas hujan, tapi masih saja ada bagian yang basah terkena air hujan.  Dokumen yang terbuat dari kertas tetap basah meskipun sudah dibungkus plastik dan dimasukkan ke dalam tas.  Hape tetap lembab, meskipun sudah dibungkus kantong plastik.  Satu kali hape saya rusak karena kehujanan.  Pernah pula suatu saat tiket sebanyak seribu lembar lengket kena air hujan.   Terpaksa deh malam-malam digelar satu demi satu di atas lantai, dan setelah kering besoknya baru dikumpulkan lagi.  Belum lagi sepatu yang sering basah kuyup karena tidak terlindung  oleh air hujan.  Kaki mejadi basah dan tidak jarang menjadi sasaran empuk kutu air.
Setelah hujan kadang cuaca  langsung  berubah lagi menjadi panas.   Jas hujan biasanya gak sempat dilepas, karena tanggung dan mengejar waktu.  Kadang-kadang hujan berhenti saat saya berada dijalanan yang padat dan macet, sehingga jas hujan  tetap dipakai dan menjadi kering secara sendirinya.
Bertahun-tahun itu terjadi, dan saya menikmatinya.   Tetapi sekarang saya sudah tambah usia, daya tahan terhadap perubahan panas dan hujan yang ekstrim tidak sama seperti sepuluh tahun yang lalu.   Makanya saya sekarang melindungi diri saya dengan jas hujan yang lebih baik, sehingga badan tetap terlindung meskipun hujan deras.   Saya juga membawa sepatu boot yang tahan air.  Jadi ketika hujan saya tukar sepatu.
Ketika saya memakai sepeda motor bebek , maka jas hujan biasa ditaruh dibagasi depan.  Dijepit bersama helm cadangan.  Sekarang saya berganti dengan sepeda motor yang lebih besar (Honda Megapro New), tapi sayang gak ada tempat untuk menaruh helm dan jas hujan.  Pernah saya ikat memakai jaring, tapi merepotkan, karena harus mengikat dan membuka tali.   Selain itu, perhatian kita jadi tidak fokus ke jalan, karena sebentar-sebentar memeriksa ikatan.  Pernah helm lepas dari ikatan dan jatuh.
Akhirnya saya memutuskan secara bertahap untuk memakai box.  Setelah survey ke beberapa tempat, akhirnya saya menemukan jenis box dan ukurannya yang cocok dengan sepeda motor saya.
Pertama kali saya membawa motor dengan box, teman di kantor banyak yang memberikan tanggapan.   Biasa lah teman-teman, ada yang bercanda tapi tidak sedikit yang meragukan kegunaannya.
Box yang saya pakai berukuran 45 liter, cukup untuk membawa sebuah helm cadangan, tas, dan satu jas hujan.  Ketika bermotor sendirian Box 45 liter sudah memadai, tapi ketika berdua dengan istri maka jas hujan ditambah satu, tas ditambah satu, sepatu boot, dan tentengan yang lainnya.  Box  GIVI 45 liter menjadi gak muat, maka saya tambah lagi box GIVI samping dua buah , masing-masing berukuran 21 liter.  Jadi sekarang saya bisa membawa jas hujan 2 pasang, kunci-kunci, sepatu boot (ditaruh di box samping), dua buah tas, helm dalam box belakang.
Akhirnya, motor yang saya pakai menjadi berpenampilan seperti peserta touring.  Tidak jarang ketika di jalan raya, saya diklakson oleh anggota comunity, dikira saya lagi touring.
Teman-teman di kantor, seperti biasa memberikan tanggapan beragam.  Saya tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka ucapkan.  Saya melengkapi motor saya karena sesuatu alasan yang masuk akal, jadi saya jalan terus.   Motor saya, terserah saya dong!  Motor aing...kumaha aing...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar